Tuesday, September 29, 2015

Yes I Can !




            Saat interview, saya ditanya oleh teacher Pakorn apakah bisa mengajar matematika. Kalau ngikutin ego pasti jawabannya gak bisa, gak mau, jelas. Kuliah tiga tahun ambil biologi sist bro, masa iya PPL malah ngajar mata pelajaran lain. Alhamdulillah Allah sayang hambanya ini, saat penerimaan mahasiswa PPL di Bangkok, Pak Yunardi selaku Atase Pendidikan KBRI Bangok memberi wejangan yang cukup menampar saya. 
            Jadi ceritanya, sebelum berangkat PPL, kami ditawari ingin mengjar dimana, di sekolah Internasional atau sekolah Indonesia. Untuk menambah pengalaman saya memilih di sekolah internasional. Akhirnya ada pengumuman saya diterima untuk melaksanakan PPL di Bannrodfai School. Ketika mencari info, saya mengira jenjang sekolah tersebut adalah Elementary School. Seketika itu juga saya menghubungi pak Yunardi untuk menanyakan tentang Bannrodfai School dan menolak untuk ditempatkan di sekolah dasar. 
          Setengah sungkan setengah nurutin ego, saya meminta maaf kepada beliau dan mengatakan bahwa saya adalah mahasiswa jurusan biologi yang nantinya akan mengajar di jenjang SMA, karena untuk SMP sudah ada IPA, apalagi SD sudah ada PGSD. Ya Allah, rasanya jadi mahasiswa yang tidak tahu diri, sudah dicarikan sekolah di Thailand, masih aja minta ini itu. Akhirnya pak Yunardi mengatakan akan membatalkan untuk PPL di Bannrodfai School. Namun beberapa hari kemudian saya dikabari bahwa Bannrodfai School memiliki jenjang SMP, sehingga saya bisa melaksanakan PPL di situ.
            Saya tahu apa yang saya katakan membuat beliau kecewa, dan benar dugaan saya. Ketika acara penerimaan mahasiswa PPL, beliau menceritakan kondisi pendidikan yang ada sekarang. Mata mulai berkaca-kaca, ea ea ea dan alhamdulillah bisa menahan untuk tidak memangis dalam ruangan, tapi tidak diluar ruangan XD. Beliau juga menyayangkan keputusan saya dan kawan-kawan ketika hanya mau mengajar di jenjang SMA atau SMP. Pesan beliau kepada kami adalah agar mahasiswa  berani keluar dari comfort zone, karena kita tidak akan pernah tahu tahu ada mukjizat apa di luar sana.

             Bismillahirrahmanirrahim
Saya terima ajakan Teacher untuk mengajar matematika.


Yes I can! I'll try!

           Atas permintaan anak-anak grade 5 dan disetujui oleh teacher Pakorn, alhamdulillah sekarang saya juga mendapat kesempatan untuk mengajar matematika untuk grade 5. 

Tuesday, September 22, 2015

Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kau dustakan?




Masjid Darul Ibadah
 Hari ahad kemarin (20/9) berasa spesial. Bermodal pinjaman motor teacher di sini kami mengunjungi masjid-masjid yang berada di Pattaya. Dalam perjalanan, teman-teman yang melaksanakan PPL di Bangkok menghubungi bahwa mereka akan pergi ke Pattaya bersama rombongan ibu-ibu pengajian. Diperkirakan tiba di Pattaya pukul 10.00 dengan tujuan adalah Pattaya Sheep Farm, Art in Paradise, dan Silver Lake.
 Akhirnya kami merubah jadwal, kami merencanakan sekitar pukul 10.00 kita kembali ke Apartemen (karena harus mengembalikan motor), kemudian sambil jalan kami mencari tahu tujuan wisata mereka yang bisa dengan mudah kita jangkau untuk menemui teman-teman.
Berdasar wawancara dengan beberapa teacher di sini, kami mendapat info bahwa Pattaya Sheep Farm dan Silver Lake cukup jauh dan mungkin harus menggunakan kendaraaan pribadi untuk sampai di sana. Akhirnya kami mengabarkan bahwa kemungkinan kami tidak bisa menemui mereka.
           Setibanya di Apartemen kami menghubungi teman-teman kembali, mereka menginfokan bahwa mereka sudah selesai melaksanakan soal dzuhri di Masjid Toatillah dan bersiap menuju Art in Paradise. Akhirnya kami dengan segera mencari map menuju Art in Paradise. Berbekal pengetahuan jalan hasil dari dua kali kekasar, kami sedikit  paham jalan menuju Art in Paradise.
         Mula-mula masih pesimis bakal bertemu dengan teman- teman, karena masjid Toatillah berada di Pattaya Road yang berarti mereka akan segera tiba. Sedang kami masih harus jalan kaki sekitar  15 menit dan naik song teau dua kali. Di jalan kami berbincang tentang harga tiket dan bagaimana jika mereka sudah masuk dahulu. Akhirnya kita memutuskan apapun yang terjadi kita pergi menuju Art in Paradise, kalaupun teman-teman sudah masuk dulu atau harga tiket tidak bersahabat kita bisa menunggu di luar.
         Selama perjalanan kami  bernyanyi yel-yel Bannrodfai School saat English Camp. Tujuannya untuk menguatkan diri dari bayang-bayang anjing liar yang menghantui kami. (Pernah dikejar dua kali). Tapi gak disangka, jalanan yang banyak anjing liar tiba-tiba sepi.
“A Bottle cup A Big Banana
We’re from Southern Indiana
That’s a Lie, That’s a bluff
We are Bannrodfai, and We are tough”
               
Telat sedetik aja, kita ga bakal ketemu. Gak bisa masuk dengan harga tiket 200 baht, yang harga asli 350 baht/500 baht (lupa). Bahagia, kita bertemu di saat mereka sudah mau masuk Art in Paradise. Bisa beli tiket dengan harga lebih murah karena ikut kartu keluarga Indonesia.  Rasa syukur berlipat-lipat, Allah benar-benar mempermudah jalan kita menuju Art in Paradise. Berasa semua anjing liar disembunyikan dan dipaskan waktu keberangkatan song teau.


Pulang dari Art in Paradise kita pergi ke Masjid Darul Ibadah dan memutuskan untuk stay  disana sampai maghrib. Di sana kami bertemu orang Malaysia yang bekerja di Thailand, namanya Akak Tsuraya. Kebahagiaan bertambah, karena beliau sangat ramah sekali, begitu juga dengan suaminya. Seusai sholat kami melanjutkan perjalanan untuk membeli makan malam. Sekarang kami sudah bisa pesan makanan sesuai selera. Karena sudah bosan dengan ayam karena di sini makanan selalu berbau ayam, kami mencoba memesan daging sapi. Dan rasa syukur itu lagi lagi kami ucapkan, karena kami makan gratis. Di rumah makan bertemu orang  Malaysia, dan dia membayarkan makanan kami. Mulanya kami menolak karena kami memesan yang mungkin harganya mahal, dan kami juga bungkus untuk sahur. Yah  mungkin rejeki kita. Alhamdulillah
Rasa lelah karena jalan kaki cukup jauh terlupakan. Mengingat semua apa yang Allah berikan untuk kita. Di akhir perjalanan kami bertemu dengan anjing yang sedang duduk, kami sudah mulai ketakutan. Tiba-tiba anjing berdiri dan menyebrang ke arah berlawanan. Syukur alhamdulillah tak terkira. Kami merasa sedetail itu Allah merencanakan sesuatu untuk kita, rasanya malu karena kita masih lalai tapi Allah beri kebahagiaan yang bertubi-tubi. Malu. Apalagi saat sholat maghrib di Darul Ibadah. Imam membacakan surat Ar Rahman.

“Fabiayyi ala i rabbikuma tukadziban”
Then which of the favors of your Lord will ye deny?
Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kau dustakan?



Saturday, September 19, 2015

GREETING IN BANNRODFAI


Memasuki pintu gerbang, seluruh siswa memiliki kebiasaan untuk memberi salam kepada guru. Untuk siswa muslim, mereka akan menjabat tangan guru dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum”






 Untuk siswa Budha, mereka akan memberikan penghormatan dan mengucapkan “Sawatdee Karp (Kaa)”





Untuk Siswa Kristian, mereka akan memberikan penghormatan dan mengucapkan “Good Morning”


All people have the custom of greeting one another, and every group has its own distinctive greeting that distinguishes them from other people.





SPREAD SALAAM TO EVERYONE ^_^





 

Welcoming Party





Beliau yang sedang berdiri memberikan sambutan adalah Mr. Seri Mark Usa sebagai Advisor dari Bannrodfai School.  Sambutannya dalam penerimaan mahasiswa PPL Unnes, beliau mengatakan sangat bahagia mendapatkan tamu dari Indonesia dan berharap dapat menambah persaudaraan muslim lintas negara. Karena sambutan tersebut, saya terharu lagi bersyukur karena diberikan kesempatan berkenalan dan masuk ke dalam lingkungan saudara muslim di Thailand. Apalagi mengingat sekolah ini adalah sekolah Islam pertama yang ada di wilayah Chonburi.
Samping kanan beliau adalah Mr. Pakorn Atchasa sebagai kepala IEP class. Setelah acara penyambutan, beliau melakukan interview, memberi gambaran mengenai kegiatan di sekolah, dan memberikan arahan apa yang harus kami lakukan. Sedangkan samping kiri beliau adalah Mr. Nipon Su-ngo sebagai Deputy Director dan Mrs. Nusara Su-ngo sebagai Director of Bannrodfai School.  
 
Setelah sambutan dari pihak sekolah dan sambutan dari pihak Atase Pendidikan dari KBRI Bangkok. Kami disuguhi tayangan video mengenai profil sekolah. Beberapa kegiatan yang ditampilkan dari video yang membuat saya tertarik adalah, peringatan ASEAN Days, Peringatan Idul Fitri, Perayaan Hari Ibu, English Camp, dan Science Camp. 
sumber foto : http://www.bangkok.com/pattaya l This is Pattaya Beach 
Seusai acara tersebut, kami diajak berkeliling Pattaya kemudian mampir di Central Festival dekat Pattaya Beach. Kami ditemani Teacher Maroki, Teacher Aminah, Teacher Tik, dan Nada (Putri dari Mrs. Nusara). Thankyou Bannrodfai for great welcoming party!  

Tuesday, September 15, 2015

Selamat datang di Bannrodfai School








Selamat datang di Bannrodfai School. Bannrodfai school adalah sekolah Islam pertama yang berdiri di wilayah Nongprue, Banglamung, Chonburi, Thailand. Dalam perkembangannya, Bannrodfai tidak sekedar menjadi sekolah muslim. Hal ini ditunjukkan dari total 850 siswa 55% siswa adalah muslim, 43% adalah budha, dan 2% adalah kristian. (Data 2015)
Sekolah ini didirikan oleh HJ. Kaseem Brawhimi 21 tahun silam dengan tujuan memberikan standart pembelajaran akademik melalui lingkungan Islam. Selain itu, sekolah ini juga memiliki tujuan untuk mempromosikan integritas kehidupan agama, mengembangkan pengetahuan untuk memenuhi standar internasional, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar masyarakat hidup berdampingan secara damai. Filosofi sekolah adalah well educated, virtue, brings life, dare to think, dare to be, and brings society yang selalu diucapkan siswa sebelum pembelajaran dimulai dan sebelum berakhirnya kegiatan di sekolah.
Siswa Bannrodfai School tidak hanya dari Thailand, namun berasal dari berbagai negara, misal Indonesia, Malaysia, Filipina, Rusia, Syria, Saudi, Grup Arab, Jerman, Australia dan beberapa wilayah Eropa. Begitu juga dengan guru-guru di sekolah, foreign teacher berasal dari USA, Filipina, Malaysia, India, Nigeria dan Indonesia.
Bannrodfai school terdiri dari sekolah taman kanak-kanak, primary school dan secondary school. Dalam kepemimpinan Nusara Su-ngo sebagai kepala sekolah dibantu oleh Nipon Su-ngo sebagai wakil kepala sekolah, Bannrodfai berhasil membuka kelas IEP (Intensive English Program). Untuk saat ini, kelas IEP terdiri dari primary school dari kelas 1-6 dan secondary school dari kelas 1 dan 2 (Mathayom 1 dan 2). Kelas IEP adalah kelas yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Sedangkan untuk kelas reguler, terdiri dari primary school dari kelas 1-6 dan secondary school dari kelas 1 sampai 3 (Mathayom 1-3).

Monday, September 14, 2015

Explore Bangkok #1



Hal yang juga harus dipersiapkan sebelum pergi ke luar negeri adalah bahasa dan kultur dari negara tujuan kita. Untuk bahasa setidaknya perlu belajar sedikit bahasa sehari-hari, misal ucapan selamat datang, terimakasih, maaf dan sebagainya. Selain itu penting juga memiliki aplikasi translater, karena akan memudahkan kita menyampaikan sesuatu ketika berkomunikasi..
Saat berada di Bangkok, saya cukup simpati dengan para pedagang jalanan yang mampu mengucapkan harga dan barang dagangan dengan bahasa Inggris. Sehingga kita tidak kesulitan untuk bertransaksi. Namun untuk melakukan percakapan lainnya, lebih baik menggunakan bahasa isyarat.
            Pengalaman komunikasi dengan bahasa isyarat sudah saya alami ketika melakukan perjalanan menuju wisata di Bangkok. Saat itu saya dan teman saya iseng untuk pergi ke tempat wisata di Bangkok karena keesokan harinya (30/8) terjadwal keberangkatan menuju Pattaya. Mulanya kami ingin pergi ke Grand Palace, namun menurut petugas penjaga KBRI Bangkok, sore hari sudah tutup. Akhirnya kami memutuskan pergi ke Chatucark menggunakan Sky Train. Sebenarnya bukan ingin menuju Chatucark, tapi lebih kepada keinginan mencoba transportasinya.
           Dari Embassy kami berjalan sekitar 15 menit menuju Stasiun Ratchathewi. Sebelum menuju stasiun, kami membeli es kelapa. Lokasi sebelum tangga naik menuju stasiun Ratchathewi.  Beli satu gratis satu harga 30 baht. Bukan promo. Karena sudah rejeki, penjual degan memberi kami gratis satu es kelapa. Mungkin hati penjual tergerak melihat kami minum  satu untuk berdua.:D
Es Kelapa Bangkok

Foto bersama kartu masuk dan kereta Sky Train
              Hanya dengan membayar 15 baht kami bisa sampai ke Stasiun terakhir, yakni Mo Chit. Setelah itu kami berjalan dan melihat taman dengan banyak burung dara, akhirnya kami mencoba beristirahat di sana. Ternyata Chatucark terkenal dengan pasarnya, atau dikenal dengan Chatucark Market. Karena memang tidak ingin membeli sesuatu, kami hanya duduk di Chatucark Park dan mencoba berkenalan dengan siswa yang sedang berada di taman.
Foto bersama siswa Thailand

                Dari sekian perbincangan kami, akhirnya terjawab rasa penasaran kami  ketika berpapasan dengan siswa-siswa yang memakai seragam di jalan. Ternyata seragam berwarna putih biru dongker adalah untuk Mathayom 4, Mathayom 5 dan Mathayom 6 atau setara dengan High School, sedangkan seragam berwarna hitam putih adalah untuk mahasiswa.
Sepulang dari Chatucark Park, kami menaiki Sky Train lagi. Qadarullah, teman saya salah menekan tombol untuk mendapatkan kartu menuju stasiun Ratchathewi. Seharusnya menekan nomor 54, akan tetapi teman saya menekan no 17 yang berarti tujuannya adalah stasiun Mo Chit, stasiun dimana kita berdiri saat itu. Dimulailah drama, kami mencoba menjelaskan kepada petugas apa yang terjadi. Berkali-kali menjelaskan dengan bahasa Inggris juga dengan peragaan, petugas tidak dapat memahami maksut kami. Saat itu kami memutuskan lebih baik membeli kartu baru. Namun, petugas terlihat masih mengupayakan untuk memahami maksut kami. Akhirnya saya totalitas untuk memperagakan apa yang sedang kami alami. Alhamdulillah, setelah usaha keras akhirnya kami saling memahami satu sama lain #eh.
Perjalanan pulang kami diiringi dengan turunnya hujan. Mungkin saja, langit Bangkok bersedih, enggan kami tinggalkan esok hari. #abaikan