Wednesday, November 11, 2015

Refleksi PPL di Thailand




Foto bersama Bapak Yunardi selaku Atase Pendidikan KBRI Bangkok dan Ibu Wati, kepala Sekolah SIB (Sekolah Indonesia Bangkok) serta teman-teman PPL Unnes di Thailand, setelah mendapat kesempatan untuk menceritakan pengalaman PPL di sekolah masing-masing. Disana Bapak Yunardi memberikan banyak cerita, nasihat, dan harapan beliau kepada kami sebagai calon pendidik.

Selesai acara tersebut beliau berkata, “Salam untuk Ibu kalian, yang luar biasa membesarkan orang hebat seperti kalian,”

Pertemuan itu diakhiri dengan tumpahan air mata yang tak terbendung lagi. Saya melihat teman-teman pun menangis karena ucapan salam beliau untuk ibu kami.

-Foto diambil pada hari Senin (19/10) di KBRI Bangkok-

Thursday, October 15, 2015

EDUCA 2015





EDUCA is educational exhibition for professional development of teachers. It held every year for school administrators by the goverment. They invite all of teachers in Thailand. EDUCA 2015 is held on October 14-16 in IMPACT Muang Thong Thani, Bangkok. There are conference, workshop, international workshop, Model Classroom show, and education exhibition. It is free except the International Conference.
            I attended the International Conference in the first day (14/10). Here are the speakers and the link to download.

The first speaker is Professor Mick Waters, Professor of Education, Wolverhampton University, UK. (Securing Learning That Matters).


 www.youtube.com/watch?v=Q4UCoFW2pEs


 



The Second speaker is Associate Professor Naraporn Chan-ocha, Vice Chair, Distance Learning Foundation Thailand. (Distance Learning for Equity and Equality of Education - Thailand Successful Improvement)

https://www.youtube.com/watch?v=57I1w2qPHM8


Wednesday, October 14, 2015

Bahasa


Setelah diajak keliling tempat wisata Sukhawadee oleh Teacher Aminah dan Teacher Marinah, kami diajak berkunjung ke rumah Teacher Marinah. Beliau adalah guru Thailand yang berasal dari Pattani, sehingga beliau bisa sedikit bahasa Melayu. Sedang Teacher Aminah berasal dari Pattaya, beliau bisa sedikit berbahasa Inggris. 


Kiri : Teacher Aminah; Kanan : Teacher Marinah

Pusing kepala, rasanya baru kali ini di dalam ruangan sempit mendengar bahasa Thailand dan Melayu, seperti tidak ada udara kosong lagi untuk saya bernafas (lebay :D). Apalagi ketika diajak bicara saya tidak paham. Akhirnya saya serahkan masalah komunikasi kepada teman saya Eva.

Setibanya di rumah Teacher Marinah, kami di suguhi berbagai makanan. Ada roti seperti roti Maryam di Indonesia, ada buah kanji ditaburi gula yang rasanya begitu asam dan aneh, ada nasi puluk manis seperti madu mongso buatan ibu saya namun gagal karena ketannya masih keras, rasanya keras-keras aneh, ada palo kepuk yang enak rasa ikan laut, ada durian kering yang saya lupa mencatat namanya, dan rasanya lebih baik makan durian segar.

 
Roti


Buah Kanji

Nasi puluk manis

Palo Kepuk

Add caption

Sudah tak terhitung berapa kali kami tertawa. Untuk memahamkan suatu kalimat, mungkin dibutuhkan waktu lima menit. Ketika beliau ingin menyampaikan sesuatu, Teacher Marinah dan suami mencoba menggunakan bahasa Melayu, ketika kami tidak paham, maka di coba oleh Teacher Aminah menggunakan bahasa Inggris. Ketika sudah ada kata "Alay na?" (Apa ya?), tanda lima menit kemudian baru kami akan memahami maksut beliau.

Begitu pula saat kami ingin memberi tahu maksut kami. Kami mencoba menjelaskan memakai bahasa melayu, jika beliau tidak paham baru kami coba menggunakan bahasa Inggris. Setelah kata "Yaa" yang berarti sudah dimengerti apa yang kita sampaikan, senyum terkembang dan tawa terlepas dari kami. Apalagi semakin seru ketika acara televisi adalah pertandingan bola antara Thaialand dan Vietnam, semakin gaduh ruangan. Tidak hanya Saya, Eva, Teacher Aminah, dan Teacher Marinah beserta suami di sana. Saudara teacher Marinah dan tetangga kos ikut pula mengobrol dengan kami meski hanya sebentar.






Kadang pula kami sampai salah-salah. Teacher Aminah hanya bisa berbahasa Thailand dan sedikit bahasa Inggris, sedang Teacher Marinah hanya bisa bahasa Thailand dan sedikit bahasa Melayu. Saat menjelaskan, saking semangatnya, saya mencoba menerangkan bahasa Melayu kepada Teacher Aminah, sehingga beliau hanya terdiam. Pun begitu juga kepada Teacher Marinah.

Di sana kami belajar bahasa Thailand. Suami Teacher Marinah selalu mengingatkan "Note note!" yang artinya catat. Ia ingin saya bisa mempraktekkan saat kembali di Indonesia. Rasanya sudah tak terhingga catatan saya. Em, sebenarnya sgak susah belajar bahasa Thailand, karena beda intonasi beda arti.


Monday, October 12, 2015

Santitham Wittaya School, Udon Thani, Thailand




Hi, namaku Mukhlis. Hari ini aku menemani Ayah dan Ibuku berkunjung ke Bannrodfai School. Doakan ya, semoga Santitham Wittaya School bisa membuka kelas IEP (Intensive English Program) seperti Banrodfai School. Sekolah ini merupakan privat school di Udon Thani (Northern Thailand). Meskipun sekolah muslim, tapi hanya 10% siswa yang beragama Islam, sedang lainnya adalah Budha. Sekolah ini didirikan oleh komunitas Muslim di Udon Thani. Hanya 2% muslim yang tinggal di Udhon Thani.
Peta Udon Thani


T.. Kashim sedang menjelaskan buku-buku Islam yang digunakan di Bannrodfai School

Teacher Agnes sedang menjelaskan buku-buku Science dan Math yang digunakan di Bannrodfai School

Santitham Wittaya School baru memiliki kindergarden dan primary school, itu saja baru sampai grade 5, karena sekolah ini baru. Doakan ya semoga sekolah ini makin maju. Sekolah ini didirikan agar anak-anak muslim tumbuh dalam lingkungan islam, juga ingin membuktikan bahwa muslim bisa hidup bersama dengan masyarakat mayoritas di sini, Islam tidak seperti apa yang di beritakan buruk oleh media.

Kendala sekolah saat ini adalah minimnya guru muslim. Saat ini sekolah baru memiliki 4 guru muslim, kata Ibu, sekolah ingin mencari link agar mendapat guru muslim dari Indonesia. Doakan semoga lancar ya. <Doakan semoga ammah adieba bisa membantu ya!>

"Banyak yang bertanya tentang loyalitas saya, saya katakan bahwa loyalitas saya untuk negeri saya.
Dan negeri saya adalah adalah setiap jengkal permukaan bumi yang dikumandangkan suara azan." Recep Tayyeb Erdogan - Presiden Turki


Saturday, October 10, 2015

Maka Nikmat TuhanMu yang mana yang kau dustakan? #Part3

Jadwal ke Bangkok kali ini adalah mengantar teacher Tik dan 3 siswa ke Dong Mueang. Mereka akan pegi ke Malaysia untuk mengikuti English Camp. Selain itu kami juga membawa 4 siswa yang akan diantar ke Nong Chok untuk mengikuti Arabic and Hafidz Camp yang diselenggarakan oleh Islam Talk. 

see about Nong Chok : http://adiebawarda.blogspot.com/2015/10/nong-chok-bangkok.html

Setelah mengantar ke Bandara, kami mampir ke tempat makan yang terdiri dari berbagai makanan, Alhamdulillah semua makanan di tempat tersebut Halal, karena memang wilayah muslim.

Mom Nusara meminta kami untuk mencicipi makanan yang terkenal di Nong Chok, yakni Tom Yam Kung (Kung : Udang). Beliau juga memesan makanan seperti sosis yang isinya nasi.

Tom Yam Kung
Sosis ayam isi nasi

Setelah makan siang kami diajak untuk membeli es yang kami tidak tahu namanya namun rasanya begitu lezat. Es ini terdiri dari berbagai macam isi. Ada beras ketan, kolang kaling, cincau, kacang, kacang merah, dan sebagainya. Dalam satu gelas, maksimal berisi 3 isi. Menerut info dari Mom Nusara, es ini juga ada di Malaysia namun dengan porsi yang lebih besar. Jenis makanan mereka hampir sama karena memang penduduk Nong Chok zaman dahulu adalah orang Melayu yang berasal dari Pattani.





Setelah itu kami berangkat menuju tempat Arabic and Hafidz Camp. Alhamdulillah sesampainya di sana, saya melihat banyak akhwat yang hijabnya menjuntai bahkan kebanyakan dari mereka juga berniqab. Hal ini tak jauh beda saat saya berada di Pattaya, saya melihat banyak akhwat yang jilbabnya menjuntai, khimarnya menutup dada, dan beberapa berniqab. Untuk ikhwan, saya juga melihat kebanyakan dari mereka memakai gamis dan berjenggot. Kadang muncul pertanyaan, kenapa di Indonesia hal seperti itu tidak biasa, padahal sebagian besar penduduknya adalah Muslim.

"Ya Allah, jangan jadikan hamba sebagai orang yang kufur nikmat, Engkau beri anugerah menjadi Muslim di negara dengan penduduk muslim terbanyak, namun tak sampai diri ini untuk mempelajari ilmu-ilmuMu. Apalagi sampai tidak menjalankan hal yang Engkau wajibkan."

Kedatangan kami bertepatan dengan waktu makan siang,

Nong Chok, Bangkok

Friday, October 2, 2015

Maka Nikmat Tuhanmu yang mana yang kau dustakan? #part2


       Rasanya magic, baru kemarin sore saya ingin martabak. Mencoba mencari di sekitar sukhumvit road 53 soi 9 barangkali ada pedagang martabak, namun  hasilnya nihil. Akhirnya hanya membeli donut di depan Masjid Darul Aubaror. 
       Dan  tiba-tiba usai sholat magrib hari ini, saya mendapat pesan di whatsapp, 


             Seketika panik karena mengira akan dijemput di hari Sabtu atau Ahad. Sudah lama memang merencanakan silaturahim ke rumah siswa Indonesia yang bsekolah di Bannrodfai. Siang tadi kami menitipkan pesan untuk orang tua Daffa  dan memberikan nomor telfon untuk dihubungi.
           Kami mencoba mencerna kembali maksut beliau dengan 'lagi siap on the way' karena tidak mungkin membalas, "lhoh sekarang?" :D. Akhirnya, kami memutuskan untuk bersiap menunggu jemputan beliau jika ternyata benar akan dijemput sekarang. 
          Tiga puluh menit kemudian mereka datang dan kami diajak menuju kediaman mereka. Sebelum sampai, beliau mampir untuk membeli sesuatu. Taraaaa, ketika sampai di kediaman beliau, bungkusan tadi ternyata berisi martabak.  

Piring paling kanan atas adalah martabak pisang, atau disebut Banana Cake
Martabak atau biasa kita sebut martabak asin/martabak telur.
         
AllahuAkbar..
Allahu ya Rabbi..
 Speechless..
                                             Apa yang saya inginkan, Allah kabulkan dengan cepat.

          Menurut beliau, di Pattaya hanya ada satu penjual Martabak. Penjualnya adalah orang Thailand, namun nama makanannya sama seperti di Indonesia, martabak. Rasanya seperti diada-adakan saja oleh Allah :").
              Di sana kami bercerita tentang banyak hal seperti pendidikan, Islam sampai politik di Indonesia, Malaysia dan Thailand. Kebetulan, sebelum berada di Thailand, keluarga beliau tinggal di Johor, Malaysia. Sehingga kami bisa mendapat cerita tentang kehidupan keluarga beliau di sana.

      Sebelum pulang, beliau menggorengkan ayam untuk kami bawa pulang. Alhamdulillah, sekali lagi, Allah memberikan apa yang hambaNya inginkan. Beberapa hari yang lalu saya sempat merasa bosan dengan ayam yang ada di sini. Saya merasa ayam goreng di sini ketika di goreng tidak direbus dahulu seperti di Indonesia ataupun ketika ayam direbus, hanya disajikan berupa ayam rebusan tanpa digoreng. Alhamdulillah beliau memberikan beberapa potongan ayam goreng cita rasa Indonesia.
       Sekembalinya dari kediaman beliau, Eva mengingatkan saya. "Ukh, kok lucu ya. Anti dari kemarin pengen kopi, sampai tadi pun ingin nyeduh kopi tapi belum kesampaian. Tadi kok beliau nawari beli minuman langsung nawarin anti kopi ya? "
       Kami berdua merasa semua yang kami peroleh adalah magic, bulu kuduk pun berdiri. Allah, Allah, Allah, sungguh  tidak ada yang tidak mungkin bagiNya. Hari ini saya menerima martabak, kopi, dan ayam goreng, persis seperti apa yang saya inginkan kemarin. Hadiah dari Allah yang dikirim lewat keluarga Daffa Dania Dafi dan Dani. Semoga Allah memberikan curahan nikmat bagi mereka.  


”Sesungguhnya jika kamu bersyukur,

 niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, 

tetapi jika kamu mengingkari (nikmatKu),

maka pasti azab-Ku sangat berat.”


                                                                  (QS Ibrahim: 7)


           




       

Welcome to Singapore



Welcome to Singapore.
Dimana kamu akan menemui ;
orang-orang berjalan dengan cepat,
eskalator berjalan dengan cepat pula,
semua orang sibuk memegang gadget,
gedung-gedung menjulang tinggi,
drinking water untuk melepas dahagamu,
transportasi umum; kereta dan bus penuh sesak,
segala hal tertata dengan rapi dan bersih,
bahasa Melayu, Mandarin dan Inggris terdengar sepanjang jalan,


Dan kamu tidak akan melihat ;
sampah berserakan,
pedagang asongan dijalanan,
motor roda dua berjejal,
masjid masjid bertebaran
dan ramahnya senyum masyarakat :'D
 

Drinking water



Foto ngeblur mungkin diakibatkan mereka yang berjalan terlalu cepat XD


                 Hal yang membuat saya tertarik ketika datang ke Singapura adalah transportasi. Selama tiga hari dua malam di sana, saya menggunakan transportasi berupa kereta dan bus. Foto dibawah ini adalah ketika saya sedang membeli tiket untuk menaiki kereta. Tidak semua orang harus membeli tiket seperti saya, untuk warga Singapura mereka sudah memiliki kartu yang bisa diisi ulang.





Kereta Bawah Tanah

Tiket Kereta


          Bagi pemula, saya sarankan untuk memahami benar-benar jalur kereta, karena mungkin saja kita harus berganti kereta tergantung tujuan kita. 
 


Di dalam kereta, kursi paling pojok kanan dan kiri adalah reserved seating yang ditujukan bagi orang tua, ibu hamil, ibu dengan anak, dan orang dengan berkebutuhan khusus.






Beda tujuan beda harga  
          
       Kereta tiba sesuai waktu, kereta berjalan dengan cepat, dan kereta ramai, begitu pula dengan bus. Berharap Indonesia bisa memilik alat transportasi seperti Singapura. Terdengar tidak mungkin, Singapura adalah negara kecil sedangkan Indonesia adalah negara dengan wilayah yang sangat luas. Kalimat tersebut mematikan harapan baik. Kenapa tidak bisa? kenapa tidak mulai dengan kota-kota kecil. Mungkin sekarang tidak terlalu dibutuhkan, tapi nantinya ketika penduduk makin bertambah, ketika setiap rumah memiliki paling tidak dua motor, maka masalah-masalah akan muncul, terutama masalah kemacetan, Hm, sudahlah, saya anak jurusan Biologi yang kurang paham tentang hal-hal tersebut :p

     Dan alangkah indah, apabila gerak cepat warga Singapura
 adalah juga gerak mereka ketika adzan berkumandang.