Sunday, June 12, 2016

Kata Ibuku


Kata Ibuku
Adieba Warda Hayya
            “Kata Ibuku aku adalah anak yang belum direncanakan, tapi kata Tuhan Yang Maha Asyik, aku adalah anak yang sudah dimenangkan.”

            Takbir berkumandang di seluruh jagat raya. Puji-pujian teruntuk Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dilantunkan. Kubuat iringan suara takbir dengan dentuman piring dan sendok. Aku sedang menanti opor ayam yang sedang dihangatkan. Ya, lebaran kali ini penuh dengan kehangatan karena menu utamanya yakni opor ayam sudah dibuat kemarin, menyusul keputusan Pemerintah yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011 setelah melakukan pengamatan terhadap hilal dan sidang isbat. Meskipun hari raya Idul Fitri kali ini terdapat perbedaan menentukan jatuhnya 1 Syawal, namun kami sesama muslim saling memiliki sikap toleransi dengan apa yang diyakini masing-masing.
            Kehangatan itu juga milik keluargaku. Aku semakin dekat dengan mereka karena banyak waktu libur lebaran yang panjang kuhabiskan di rumah. Malam itu obrolan ringan keluargaku memenuhi ruang keluarga kami. Kakakku bercerita tentang proses kelahiran anak temannya. Katanya, bayinya lahir prematur. Ia juga bercerita bagaimana panjang dan juga betapa sakitnya proses kelahiran. Dengan mata terbelalak kupastikan tidak ada kata yang luput dari pendengaranku. Aku mendengarkan dengan seksama.
            Kucari Ibuku, dan kubawa menuju ruang keluarga. Aku dan kakakku ingin mendengar sendiri bagaimana Ibu melahirkan kami.
            “Ayo Bu ceritakan bagaimana Ibu melahirkanku.”pinta kakakku.
            “Aku juga aku juga.”tandasku.
            Ibuku pun bercerita bagaimana perjuangannya melahirkan anak pertamanya, Norma Fitra Pusta Rahma. Kakakku dilahirkan di Kendal 21 tahun yang lalu. Kelahirannya di sana memang sudah direncanakan. Hari-hari menuju kelahiran kakakku, Ibuku merasa mulas. Ibu berfikir penyebabnya adalah rujak dengan sambal pedas yang telah dimakannya. Berlanjut dengan cerita kakakku yang kedua, namanya Robby Faqqi Muhammad. Dua puluh tujuh bulan setelah melahirkan putri pertamanya, Ibu melahirkan kakakku Robby di RSUD Kudus dengan berat 4 kg dan tinggi 51 cm. Ibuku selalu mengucapkan “Allahu Akbar” ketika prosesi kelahiran sedang berjalan. Ibu mendapat pujian dari dokter yang menanganinya karena bayinya yang besar.
            Berlanjut dengan cerita kelahiranku. Aku dilahirkan di RS Siti Khadijah Kudus pada tanggal 28 Maret 1994. Aku terkesima dengan perjuangan Ibuku untuk melahirkan anak-anaknya.
            “Dulu Ibu mau menggugurkan kamu dik.”
            “He?”
            Aku sontak terkejut dengan kata-kata ibuku. Aku langsung meminta pejelasan dari Ibuku. Katanya, Ibuku sudah melakukan program KB sehingga ia hamil di luar dugaan. Mengingat kedua kakakku yang masih kecil-kecil, Ibuku takut. Ibu pun sampai merengek-rengek kepada Bapakku.
            “Yang tidak mempunyai suami saja pengen punya anak. Kamu punya suami kok malah tidak mau punya anak.” papar Bapak.
            Ibuku mencoba menggugurkanku dengan berbagai cara diusiaku yang masih dua bulan dalam kandungan. Ibu mencoba memakan nanas, melakukan olahraga yang sekiranya berat seperti kayang, tetapi Tuhan sudah mempunyai kehendak. Ketika aku diberi nyawa oleh-Nya pada saat umur empat bulan dalam kandungan. Ibuku akhirnya menghentikan perbuatannya, ibu ikhlas untuk mendapat titipan dari Tuhan. Ibu kemudian merawatku hingga lahir, bahkan sampai di usia ke tujuh belasku ini.
            Tidak ada rasa benci pada Ibuku. Aku memahami apa yang dirasakan Ibuku saat itu. Kami semua tertawa mendengar cerita darinya. Lebaran kali ini penuh kehangatan, kejujuran dan tentunya kemenangan bagi kita semua.


*Mencoba memposting tulisan zaman ABG :'D semoga termotivasi untuk menulis lagi

2 comments: