Kata Ibuku
Adieba Warda
Hayya
“Kata
Ibuku aku adalah anak yang belum direncanakan, tapi kata Tuhan Yang Maha Asyik, aku adalah anak yang
sudah dimenangkan.”
Takbir berkumandang di seluruh jagat
raya. Puji-pujian teruntuk Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dilantunkan. Kubuat
iringan suara takbir dengan dentuman piring dan sendok. Aku sedang menanti opor
ayam yang sedang dihangatkan. Ya, lebaran kali ini penuh dengan kehangatan
karena menu utamanya yakni opor ayam sudah dibuat kemarin, menyusul keputusan Pemerintah
yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011 setelah melakukan
pengamatan terhadap hilal dan sidang isbat. Meskipun hari raya Idul Fitri kali
ini terdapat perbedaan menentukan jatuhnya 1 Syawal, namun kami sesama muslim
saling memiliki sikap toleransi dengan apa yang diyakini masing-masing.
Kehangatan itu juga milik
keluargaku. Aku semakin dekat dengan mereka karena banyak waktu libur lebaran
yang panjang kuhabiskan di rumah. Malam itu obrolan ringan keluargaku memenuhi
ruang keluarga kami. Kakakku bercerita tentang proses kelahiran anak temannya.
Katanya, bayinya lahir prematur. Ia juga bercerita bagaimana panjang dan juga
betapa sakitnya proses kelahiran. Dengan mata terbelalak kupastikan tidak ada
kata yang luput dari pendengaranku. Aku mendengarkan dengan seksama.
Kucari Ibuku, dan kubawa menuju
ruang keluarga. Aku dan kakakku ingin mendengar sendiri bagaimana Ibu
melahirkan kami.
“Ayo Bu ceritakan bagaimana Ibu
melahirkanku.”pinta kakakku.
“Aku juga aku juga.”tandasku.
Ibuku pun bercerita bagaimana
perjuangannya melahirkan anak pertamanya, Norma Fitra Pusta Rahma. Kakakku
dilahirkan di Kendal 21 tahun yang lalu. Kelahirannya di sana memang sudah
direncanakan. Hari-hari menuju kelahiran kakakku, Ibuku merasa mulas. Ibu
berfikir penyebabnya adalah rujak dengan sambal pedas yang telah dimakannya.
Berlanjut dengan cerita kakakku yang kedua, namanya Robby Faqqi Muhammad. Dua
puluh tujuh bulan setelah melahirkan putri pertamanya, Ibu melahirkan kakakku
Robby di RSUD Kudus dengan berat 4 kg dan tinggi 51 cm. Ibuku selalu
mengucapkan “Allahu Akbar” ketika
prosesi kelahiran sedang berjalan. Ibu mendapat pujian dari dokter yang
menanganinya karena bayinya yang besar.
Berlanjut dengan cerita kelahiranku.
Aku dilahirkan di RS Siti Khadijah Kudus pada tanggal 28 Maret 1994. Aku
terkesima dengan perjuangan Ibuku untuk melahirkan anak-anaknya.
“Dulu Ibu mau menggugurkan kamu
dik.”
“He?”
Aku sontak terkejut dengan kata-kata
ibuku. Aku langsung meminta pejelasan dari Ibuku. Katanya, Ibuku sudah melakukan
program KB sehingga ia hamil di luar dugaan. Mengingat kedua kakakku yang masih
kecil-kecil, Ibuku takut. Ibu pun sampai merengek-rengek kepada Bapakku.
“Yang tidak mempunyai suami saja
pengen punya anak. Kamu punya suami kok malah tidak mau punya anak.” papar Bapak.
Ibuku mencoba menggugurkanku dengan
berbagai cara diusiaku yang masih dua bulan dalam kandungan. Ibu mencoba memakan
nanas, melakukan olahraga yang sekiranya berat seperti kayang, tetapi Tuhan
sudah mempunyai kehendak. Ketika aku diberi nyawa oleh-Nya pada saat umur empat
bulan dalam kandungan. Ibuku akhirnya menghentikan perbuatannya, ibu ikhlas
untuk mendapat titipan dari Tuhan. Ibu kemudian merawatku hingga lahir, bahkan
sampai di usia ke tujuh belasku ini.
Tidak ada rasa benci pada Ibuku. Aku
memahami apa yang dirasakan Ibuku saat itu. Kami semua tertawa mendengar cerita
darinya. Lebaran kali ini penuh kehangatan, kejujuran dan tentunya kemenangan
bagi kita semua.
*Mencoba memposting tulisan zaman ABG :'D semoga termotivasi untuk menulis lagi
*Mencoba memposting tulisan zaman ABG :'D semoga termotivasi untuk menulis lagi
Hehehe,, anak terakhir
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete