Kemarin adalah pengalaman pertama saya menghadiri Promosi
Doktor, kebetulan saya menghadiri Promosi Doktor Pendidikan Program Studi Manajemen Kependidikan S3 Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang.
Ada dua macam sidang kandidat doktor, tertutup dan terbuka.
Sidang tertutup hanya diikuti oleh promovendus (istilah untuk kandidat doktor,
yang dipromotori), promotor (semacam pembimbing), serta para penguji. Dalam
tataran S3, sidang tertutup bisa terjadi beberapa kali dan isinya bisa saja
berupa debat tentang disertasi kandidat doktor.
Nah, sidang yang saya hadiri tentu saja sidang terbuka.
Sidang terbuka hanya digelar sekali setelah dinyatakan lolos dari sidang
tertutup. Alhamdulillah, karena terbuka saya mendapat kesempatan untuk
menghadiri undangan sidang terbuka dari teman Ayah saya. Sidang yang saya ikuti
ini membahas tentang Model Kepemimpinan Kepala Madrasah Metavisioner Berbasis
Sunna Nabi Muhammad SAW.
Banyak istilah baru dan tahapan sidang yang asing bagi saya,
seperti istilah promovendus, promotor, ada pula seseorang yang bertugas membawa
seperti tongkat dengan logo kampus diujungnya, ia bertugas untuk mengomandoi
jalannya para penguji dan menjemput promovendus ke dalam ruangan, selain itu
jika biasanya kita mengimbuhi kata 'yang terhormat' setelah menyebut nama
seseorang, maka ketika menyebut para penguji sidang, diimbuhi kata 'yang
terpelajar' misal, Prof. Dr. Adieba Warda Hayya, S.Pd, M.Si yang terpelajar
(Amiiin, khusyuk).
Ada hal yang menarik ketika penguji terakhir mendapat
kesempatan untuk bertanya kepada promovendus. Keseluruhan yang diungkapkan
beliau adalah bentuk dukungan dan pujian, karena ternyata beliau adalah
promotor dari promovendus.
Nah ini adalah satu cuplikan yang menarik. Penguji terdahulu
(penguji terdahulu adalah istilah untuk penguji sebelumnya) menanyakan mengenai
ada atau tidaknya pemimpin yang metavisioner di Jawa Tengah, penguji tersebut
menghendaki jawaban YA atau TIDAK. Namun waktu itu, promovendus menjawab
'Antara ada dan tiada'.
Penguji VI (penguji terakhir) menyatakan bahwa beliau maklum
dengan jawaban yang diberikan oleh promovendus atas pertanyaan penguji terdahulu.
Beliau kemudian memberi contoh KH. Ma'ruf Amin (saksi dalam sidang kasus
penistaan agama) ketika mendapat pertanyaan YA atau TIDAK dalam persidangan,
apa yang ditanyakan adalah hal jika dijawab ya juga tidak, jika dijawab tidak
juga iya. Maka penguji tersebut membenarkan sikap KH. Ma'ruf Amin saat menjawab
pertanyaan hakim maupun penasehat hukum, kemudian penguji tersebut menyebutkan
ketidakpantasan sikap terdakwa yang terus 'nerocos' kepada KH. Ma'ruf Amin, dan
profesor penguji yang terpelajar tersebut dengan tegas mengucapkan, 'sungguh
tidak beradab' kepada sikap terdakwa.
Lho kok sampai politik? Begitulah orang memberi pelajaran (nasihat),
ia menyelipkan sesuatu agar membuat orang paham. Gak kerasa juga tulisan ini
juga mengandung unsur nasihat bagi siapa saja yang dibutakan dalam mendukung
seseorang, apalagi ketika sudah jelas-jelas jika akhlaknya tidak baik.
Saya jadi teringat postingan instagram saya sebelumnya yang
menyebutkan mengenai empat jenis manusia menurut Imam Ghazali.
Manusia jenis pertama adalah Rojulun Yadri wa Yadri Annahu
Yadri (Seseorang yang tahu (berilmu), dan dia tahu kalau dirinya tahu).
Kita bisa menyebutnya orang alim (mengetahui). Jika ada
orang yang seperti ini, maka ikutilah. Apalagi kalau kita masih awam, sedikit
ilmunya, yang masih butuh banyak diajari. Sudah sepatutunya kita duduk
bersamanya untuk bertolabul ilmi.
Nah bagi kita yang masih awam, ilmunya sedikit, sudah
sepatutnya kita mendengarkan nasihat dari Professor yang terpelajar tersebut,
bahwa apa yang dilakukan orang tersebut adalah hal yang TIDAK BERADAB.
Buka telinga, buka mata, buka hati.
:)