Thursday, February 9, 2017

Pengalaman Mengikuti Sidang Terbuka

Kemarin adalah pengalaman pertama saya menghadiri Promosi Doktor, kebetulan saya menghadiri Promosi Doktor Pendidikan Program Studi Manajemen Kependidikan S3 Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Ada dua macam sidang kandidat doktor, tertutup dan terbuka. Sidang tertutup hanya diikuti oleh promovendus (istilah untuk kandidat doktor, yang dipromotori), promotor (semacam pembimbing), serta para penguji. Dalam tataran S3, sidang tertutup bisa terjadi beberapa kali dan isinya bisa saja berupa debat tentang disertasi kandidat doktor.

Nah, sidang yang saya hadiri tentu saja sidang terbuka. Sidang terbuka hanya digelar sekali setelah dinyatakan lolos dari sidang tertutup. Alhamdulillah, karena terbuka saya mendapat kesempatan untuk menghadiri undangan sidang terbuka dari teman Ayah saya. Sidang yang saya ikuti ini membahas tentang Model Kepemimpinan Kepala Madrasah Metavisioner Berbasis Sunna Nabi Muhammad SAW.

Banyak istilah baru dan tahapan sidang yang asing bagi saya, seperti istilah promovendus, promotor, ada pula seseorang yang bertugas membawa seperti tongkat dengan logo kampus diujungnya, ia bertugas untuk mengomandoi jalannya para penguji dan menjemput promovendus ke dalam ruangan, selain itu jika biasanya kita mengimbuhi kata 'yang terhormat' setelah menyebut nama seseorang, maka ketika menyebut para penguji sidang, diimbuhi kata 'yang terpelajar' misal, Prof. Dr. Adieba Warda Hayya, S.Pd, M.Si yang terpelajar (Amiiin, khusyuk).

Ada hal yang menarik ketika penguji terakhir mendapat kesempatan untuk bertanya kepada promovendus. Keseluruhan yang diungkapkan beliau adalah bentuk dukungan dan pujian, karena ternyata beliau adalah promotor dari promovendus.

Nah ini adalah satu cuplikan yang menarik. Penguji terdahulu (penguji terdahulu adalah istilah untuk penguji sebelumnya) menanyakan mengenai ada atau tidaknya pemimpin yang metavisioner di Jawa Tengah, penguji tersebut menghendaki jawaban YA atau TIDAK. Namun waktu itu, promovendus menjawab 'Antara ada dan tiada'.

Penguji VI (penguji terakhir) menyatakan bahwa beliau maklum dengan jawaban yang diberikan oleh promovendus atas pertanyaan penguji terdahulu. Beliau kemudian memberi contoh KH. Ma'ruf Amin (saksi dalam sidang kasus penistaan agama) ketika mendapat pertanyaan YA atau TIDAK dalam persidangan, apa yang ditanyakan adalah hal jika dijawab ya juga tidak, jika dijawab tidak juga iya. Maka penguji tersebut membenarkan sikap KH. Ma'ruf Amin saat menjawab pertanyaan hakim maupun penasehat hukum, kemudian penguji tersebut menyebutkan ketidakpantasan sikap terdakwa yang terus 'nerocos' kepada KH. Ma'ruf Amin, dan profesor penguji yang terpelajar tersebut dengan tegas mengucapkan, 'sungguh tidak beradab' kepada sikap terdakwa.

Lho kok sampai politik? Begitulah orang memberi pelajaran (nasihat), ia menyelipkan sesuatu agar membuat orang paham. Gak kerasa juga tulisan ini juga mengandung unsur nasihat bagi siapa saja yang dibutakan dalam mendukung seseorang, apalagi ketika sudah jelas-jelas jika akhlaknya tidak baik.

Saya jadi teringat postingan instagram saya sebelumnya yang menyebutkan mengenai empat jenis manusia menurut Imam Ghazali.

Manusia jenis pertama adalah Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang tahu (berilmu), dan dia tahu kalau dirinya tahu).

Kita bisa menyebutnya orang alim (mengetahui). Jika ada orang yang seperti ini, maka ikutilah. Apalagi kalau kita masih awam, sedikit ilmunya, yang masih butuh banyak diajari. Sudah sepatutunya kita duduk bersamanya untuk bertolabul ilmi.

Nah bagi kita yang masih awam, ilmunya sedikit, sudah sepatutnya kita mendengarkan nasihat dari Professor yang terpelajar tersebut, bahwa apa yang dilakukan orang tersebut adalah hal yang TIDAK BERADAB.

Buka telinga, buka mata, buka hati.

:)

Empat Jenis Manusia



Menurut Imam Al Ghazali, manusia terdiri dari empat jenis.

Pertama, Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang tahu (berilmu), dan dia tahu kalau dirinya tahu).

Kita bisa menyebutnya orang ‘alim (mengetahui). Jika ada orang yang seperti ini, maka ikutilah. Apalagi kalau kita masih awam, sedikit ilmunya, yang masih butuh banyak diajari. Sudah sepatutunya kita duduk bersamanya untuk bertolabul ilmi.

Kedua, Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang tahu (berilmu), tapi dia tidak tahu kalau dirinya tahu).

Banyak jenis manusia seperti ini disekeliling kita. Ada orang memiliki potensi yang luar biasa, tapi ia tidak tahu kalau memiliki potensi.

Ketiga, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (Seseorang yang tidak tahu (tidak atau belum berilmu), tapi dia tahu alias sadar diri kalau dia tidak tahu).

Menurut Imam Ghazali, jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, manusia jenis ini mampu menyadari kekurangannnya. Ia bisa mengintropeksi dirinya dan bisa menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu, maka dia mau belajar.

Dengan belajar, diharapkan suatu saat dia bisa berilmu dan tahu kalau dirinya berilmu. Manusia seperti ini sengsara di dunia tapi bahagia di akhirat.

Keempat, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (Seseorang yang tidak tahu (tidak berilmu), dan dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu).

Menurut Imam Ghazali, inilah adalah jenis manusia yang paling buruk. Manusia dengan jenis ini adalah manusia yang selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa.

Repotnya manusia jenis seperti ini susah disadarkan, jika diingatkan malah membantah karena ia merasa tahu atau merasa lebih tahu.

Jenis manusia seperti ini, paling susah dicari kebaikannya. Manusia seperti ini dinilai tidak sukses di dunia, juga merugi di akhirat.

Yuk evaluasi diri kita, tergolong manusia yang manakah kita?

Instagram Mengajari Saya

Instagram mengajari saya, bahwa terlihat cantik itu mudah dengan pilihan berbagai filter yang disediakan.

Instagram juga mengajari saya, bahwa terlihat cantik itu mudah dengan berbagai pose dan angle pengambilan gambar.

Instagram pula yang mengajari saya, bahwa apa yang terlihat cantik belum tentu berakhlak cantik.

Coba tengok berapa banyak perilaku tidak baik di instagram: komentar pedas, hujatan kasar, bahkan tempat gosip-pun pindah ke instagram.

Nah, masih ingat doa ketika bercermin (berkaca atau berhias) ?

Mungkin bisa diucapkan ketika sedang selfie ya 🙈

Hayo ngaku, yang biasa selfie pasti ngaca ke layar HP kan ya? 🙈🙈

'Allaahumma kamaa hassanta kholqii fa hassin khuluqii'

'Ya Allah sebagaimana Engkau telah ciptakan aku dengan baik, maka perbaikilah akhlakku'

Amiiin..
Semoga makin cantik akhlak kita :).

Nah kalau foto ini adalah contoh pengambilan gambar menentukan tinggi badan seseorang. Alhamdulillah bisa kelihatan tinggi ya :D